Kepala BKKBN Dorong Gerakan Subsidi Silang untuk Atasi Stunting di Jakarta

 

JAKARTA--- Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) mendorong gerakan subsidi silang untuk mengatasi stunting di Jakarta yakni gerakan tolong-menolong antara warga Jakarta yang berpenghasilan tinggi membantu warga berpenghasilan rendah dan merupakan keluarga berisiko stunting.

Kepala BKKBN juga menyambut baik rencana pembentukan Program Kelurahan Bebas Stunting di Jakarta yang digagas Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Jakarta Selatan bersama Rumah Zakat.

"Sebetulnya angka stunting yang tinggi di Jakarta itu ironis, katakanlah di sini ada subsidi silang antara yang kaya dan yang miskin. Tidak sulit mencari orang kaya di sini (Jakarta) untuk bersama bergotong-royong untuk memberi," kata dr. Hasto  dalam pertemuan yang bertempat di Ruang Sekretariat Stunting BKKBN Pusat pada Selasa (12/12/2023).

Berdasarkan data Pemutakhiran Pendataan Keluarga (PK) tahun 2023, dari total 503.462 jumlah keluarga di Jakarta Selatan, yang termasuk dalam Keluarga Berisiko Stunting mencapai 70.326 keluarga dengan jumlah terbanyak di Kebayoran Lama.

Jumlah sasaran keluarga berisiko stunting yang memiliki jamban tidak layak sebanyak 21.480 keluarga. Sedangkan apabila dilihat dari sisi keluarga yang memiliki sumber air minum utama tidak layak sebanyak 852 keluarga.

"Kalau kita mengeluarkan uang negara untuk membantu, ada kendala di mana rumah keluarga sasaran ternyata tidak memiliki sertifikat. Apabila membantu makanan juga repot apabila mereka tidak ber-KTP Jakarta. Maka, dengan adanya peran swasta ini dapat memungkinkan bantuan, karena uangnya tidak dipertanggung jawabkan pada negara," jelas dr. Hasto.

Menurutnya, ini peluang bagus bagi swasta untuk bergerak menyentuh keluarga sasaran risiko stunting di Jakarta. BKKBN siap mendukung program dari KADIN Jaksel dan Rumah Zakat dengan menyediakan data sasaran by name by addres.

"Stunting bukan semata-mata kurang makan. Rumah ada, bantuan makanan ada, tapi lingkungannya kotor, rumahnya kumuh, sanitasi buruk, maka anaknya bisa diare. Saya sampaikan ini karena mayoritas penyebab stunting bukan karena kurang makan, melainkan lingkungan kumuh tersebut," ungkap dr. Hasto.

Dirinya berpesan kepada Rumah Zakat dan KADIN Jaksel, bantuan yang dapat diberikan kepada keluarga risiko stunting yaitu merenovasi rumah minimal agar mereka bisa tidur dengan layak. Selain itu, dapat juga membangun Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT) untuk mengedukasi para ibu memasak makanan bergizi untuk anak-anaknya.

"Kita bisa melakukan hal-hal itu untuk menurunkan angka stunting, ingin memanusiakan manusia yang hidup di tempat yang tidak jelas misalnya yang tinggal di bantaran sungai. Mengatasi stunting tidak bisa hanya seremonial, harus kerja nyata, gotong royong, dan action betul. Bukan hanya sekali bagi-bagi makanan, lalu tidak ada tidak lanjutnya. Minimal program 6 bulan, beri asupan susu, protein, kepada ibu hamil," kata dr. Hasto.

Program Kelurahan Bebas Stunting

Lindika Siregar dari Rumah Zakat, menyatakan bahwa Program Kelurahan Bebas Stunting merupakan upaya yang dilakukan oleh masyarakat untuk membebaskan anak Indonesia dari ancaman stunting,

Rumah Zakat adalah lembaga filantropi berbasis pemberdayaan yang profesional dan telah 25 tahun mengabdi untuk negeri, mendukung program-program pemerintah melalui pemberdayaan ekonomi, kesehatan, pendidikan, kebencanaan dan desa berdaya.

"Dengan melakukan penguatan kader kesehatan desa untuk memaksimalkan pemenuhan gizi dan pengurangan faktor penyebab infeksi," jelasnya.

Adapun tujuan programnya yaitu meningkatkan kompetensi dan keterampilan kader kesehatan dalam penanganan stunting atau masalah gizi lainnya, terbentuknya kelompok masyarakat peduli stunting (Agen Bebas Stunting), peningkatan status gizi balita yang masuk dalam kelompok risiko stunting dengan pendampingan khusus, serta tidak adanya kasus stunting baru di desa.

Menurutnya, program tersebut masuk dalam salah satu point SGD's yaitu mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan nutrisi yang lebih baik, dan mendukung pertanian berkelanjutan.

Sejalan dengan Lindika, WKU KADIN Jaksel, Sitta Kusuma mengungkapkan bahwa Program Kelurahan Bebas Stunting dilakukan sebagai wujud partisipasi dalam mendukung pemerintah dalam upaya percepatan penurunan angka stunting di Indonesia.

"Program ini rencananya akan diimplementasikan selama 12 bulan di Desa Berdaya binaan Rumah Zakat, menyasar pada anak dengan usia di bawah 2 tahun, Ibu hamil, Ibu menyusui, dan Kader Kesehatan Desa," paparnya.

Lebih lanjut, dirinya turut mengundang Kepala BKKBN sebagai narasumber dalam sebuah acara yang dijadwalkan pada 17 Januari 2024 mendatang di Kantor Walikota Administrasi Jakarta Selatan.

"Kami juga berencana akan menyelenggarakan acara dengan mengusung tema 'Gerakan Anak Sehat', yang merupakan program edukasi untuk mengurangi risiko stunting pada ibu hamil dan ibu yang memiliki anak balita yang terdeteksi gizi kurang, gizi buruk, dan stunting," katanya.

Penulis: Fitri Aminatul Azizah

Editor: Kristianto

Source: BKKBN

Posting Komentar

0 Komentar