Kembali Digelar Kick Off Audit Kasus Stunting di 2024, Ungkap Masalah Kesehatan Keluarga

JAKARTA, BKKBN - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) kembali menyelenggarakan Audit Kasus Stunting (AKS) tahun 2024.

Kegiatan yang  merupakan pelaksanaan tahun ketiga ini  sekaligus dirangkai dengan peluncuran Buku Saku Audit Kasus Stunting 2024 yang memberikan penekanan pada kualitas pelaksanaan AKS. 

Acara ini diselenggarakan secara hybrid di Jakarta dan secara virtual yang ditayangkan Live Streaming melalui YouTube Channel @BKKBN Official.

Kegiatan ini juga ditandai dengan  penyerahan penghargaan Telekonsultasi Pakar dalam AKS Provinsi Papua Tahun 2023 yang diberikan kepada Rumah Sakit Akademik Universitas Gajah Mada. 

Juga dilakukan  penyerahan penghargaan Pemberian Layanan Intervensi Spesifik dan Sensitif Kepada Auditee yang diberikan kepada PT Semen Padang dan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) RI.

Untuk diketahui, kualitas pelaksanaan AKS dilakukan melalui pendekatan lima PASTI, yaitu Pastikan penentuan keluarga target sasaran dilaksanakan dengan baik dan benar; Pastikan setiap keluarga dan individu target sasaran masuk dalam target sasaran intervensi;  Pastikan setiap sasaran yang terdaftar dalam target sasaran memperoleh pelayanan program intervensi.

Berikutnya, Pastikan setiap sasaran memanfaatkan program intervensi yang dibutuhkan sesuai kriteria program; Pastikan semua program intervensi tercatat dan terlapor sesuai dengan kebutuhan model pelaporan dan tepat waktu. 

Hal ini disampaikan  Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) BKKBN, Nopian Andusti, SE, MM, saat menyampaikan Laporan Penyelenggaraan Kegiatan Kick Off  Audit Kasus Stunting Tahun 2024, Selasa (16/1/2024), di Jakarta. 

Pada kesempatan yang sama hadir  Kepala BKKBN Dr. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp. OG (K) secara virtual yang menyampaikan  apresiasinya kepada semua jajaran yang telah mencapai audit kasus stunting dengan baik. 

Tahun ini AKS meningkat dibanding tahun 2022, di mana terselenggara sebanyak 85,3%, tahun lalu hanya sekitar 60%. Pembentukan tim AKS  juga  sukses, meningkat 100%. Demikian halnya  pelaksanaan audit,  diseminasi hasil, dan juga tindak lanjutnya.

Menyampaikan saat membuka acara,  dokter Hasto  mengatakan AKS sebenarnya bagian dari autopsi verbal untuk mereview kembali secara retrospektif  apa faktor penyebabnya.

"Saya sering mengatakan apa underlying problem dan underlying disease dari kasus-kasus stunting yang ada di suatu wilayah. Sehingga  kalau  ada kasus  di masyarakat, tentu kita  bisa melakukan autopsi verbal atau bertanya. Kita tidak bisa melakukan autopsi klinis atau  membedah orang dan melihat. Itu hanya untuk orang-orang yang sudah meninggal tentunya," jelas dokter Hasto.

Dokter Hasto mengatakan BKKBN dengan jajarannya, bersama tim percepatan penurunan stunting, dan juga  kementerian/lembaga terkait, memiliki tugas mengungkap permasalahan yang ada di seputar stunting, yang akan ditindaklanjuti  kementerian/lembaga terkait.  

"Itulah pentingnya audit, sehingga ketika sukses audit stunting, maka kita bisa menjawab dua permasalahan," ujar dokter Hasto. 

Dua permasalahan itu adalah bagaimana kasus-kasus secara individual bisa digali. Lalu,   penyebabnya apakah bisa ditemukan. Dengan demikian akan ada rekomendasi yang bisa ditindaklanjuti  Kementerian Kesehatan,  dalam hal ini provider ataupun rumah sakit. 

"Tugas kita mengantarkan sampai pada ditemukannya  permasalahan secara individual. Sehingga di situ terungkap apa medical problem yang ada bagi individu. Yang kedua adalah bisa mengungkap health problem. Mungkin masalah sanitasi atau  masalah penyakit menular yang ada di masyarakat. Sehingga AKS akan mengeluarkan dua rekomendasi." 

Ada rekomendasi yang bersifat individu, dan rekomendasi yang sifatnya untuk publik. "Untuk masyarakat terkait perbaikan yang ada di lingkungan," ujar dokter Hasto.

Di akhir sambutannya dokter Hasto juga mengungkapkan, "Kalau daerah itu  banyak kasus TB, maka rekomendasi audit kasus stuntingnya akan muncul juga kasus TB. Sehingga kebutuhan yang ada di wilayah itu adalah untuk TB, seperti berkurangnya nafsu makan pada anak stunting. Begitu juga masalah sanitasi yang kurang bagus. (Yang pasti) ada biological process yang dibangun di dalam audit kasus ini, mulai dari hulu sampai hilir." 

Dokter Hasto juga mencontohkan lingkungan atau pun sanitasi buruk yang menimbulkan diare, yang kemudian memicu munculnya kasus stunting.  "Itu semua bisa terungkap di dalam audit kasus stunting," tutup dokter Hasto.

Komitmen Mitra Kerja

Deputi II Bidang pendistribusian dan pendayagunaan yang mewakili Ketua Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) RI, Dr. Imdadun Rahmat, M.Si, menyampaikan komitmen pihaknya dalam program Percepatan Penurunan Stunting di Indonesia. Bahwa Baznas telah melakukan berbagai upaya, baik yang langsung bekerjasama dengan BKKBN maupun yang dilakukan secara mandiri dan bermitra dengan para pihak. 

Mengambil contoh tahun  2023, Imdadun mengatakan Baznas telah melakukan beberapa program, baik itu  terkait dengan edukasi maupun upaya penambahan gizi. Program tersebut antara lain dalam bentuk kelas stunting.

"Kita melakukan edukasi di sekolah-sekolah, di daerah-daerah di mana stuntingnya tinggi, dan memberikan penyuluhan kepada para siswa," jelas Imdadun.  

Ada juga kegiatan edukasi untuk orang tua terkait penanganan stunting di 13 rumah sehat Baznas di seluruh Indonesia. Juga pemberian makanan bergizi. 

Baznas juga melakukan program mandiri, antara lain  mendistribusikan kurang lebih 65 ribu paket gizi keluarga. Kegiatan ini bekerjasama dengan berbagai mitra salur, baik ormas Islam,  TNI, hingga perguruan tinggi, terutama lembaga pendampingan masyarakat. 

"Kami juga melakukan program pendistribusian makanan tambahan, baik  berasal dari potensi makanan lokal, maupun  dari program qurban nasional," ujar Imdadun.

Direktur Utama PT Semen Padang, Ir. Indrieffouny Indra, MM, juga menyampaikan komitmen perusahaan terhadap program AKS dengan tagline "Stunting Lewat Anak Sehat". 

"Jadi, kalau stuntingnya kita selesaikan, InshaAllah anak-anak menjadi anak sehat, cerdas dan kuat," ujarnya, seraya menambahkan bahwa di  tahun 2022  pihaknya  sudah mulai terlibat dalam penanganan stunting dengan lokus di sejumlah  kecamatan di sekitar pabrik.

Penjelasannya, di Kecamatan Lubuk Kilangan terdapat sebanyak 14 anak stunting, kemudian di Pauh 18 anak, dan Lubuk Begalung 9 anak. Program intervensi yang digelar  berupa pemberian makanan tambahan, termasuk penyelenggaraan   Lokakarya Indonesia Stunting yang berisi edukasi untuk  orang tua. 

Tahun 2022, mengutip Indrieffouny, perusahaan yang berlokasi di Sumatera Barat ini telah menyalurkan dana  stunting  senilai Rp 62 juta.  Hasilnya cukup baik. Ditandai dengan peningkatan berat badan  anak stunting sebesar 1-2 kilogram per bulan. Ditandai juga peningkatan tinggi badan anak.

Di tahun 2023 perusahaan  melanjutkan kembali program tahun 2022 dengan sedikit perluasan ke lokasi yang lain. Perusahaan  juga mengembangkan kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Solok  untuk mengatasi anak-anak stunting. Di Kabupaten Solok ada sekitar 17 anak stunting.

Perusahaan  juga menjalankan program ini di luar Provinsi Sumatera Barat. Di Kabupaten Meranti (Riau), perusahaan menggelar program  penanganan kemiskinan ekstrem. 

Di tahun 2023, kami sudah menyalurkan dana senilai Rp 422 juta, 

Di Kabupaten Solok, Semen Padang bersama   pemerintah kabupaten membangun program air bersih berupa waduk. Program air bersih diwujudkan berdasarkan hasil diskusi bersama  Pemerintah Kabupaten Solok,  bahwa penyebab stunting di wilayah itu  sangat dipengaruhi kualitas air. 

Adapun  Direktur Utama Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada (RSA UGM), Dr. dr. Darwito, SH, Sp.B(K) Onk, juga menyampaikan tingginya komitmen RSA UGM, ditandai dengan ditekennya perjanjian kerja sama dengan BKKBN pada satu bulan lalu.

"RSA UGM siap  membantu, dalam artian kami punya pakar, kami punya alatnya. Kami juga siap melakukan transfer knowledge, dalam artian  semua pelatihan yang oleh BKKBN dilakukan, kami siap. Karena RSA UGM sudah ditetapkan sebagai pusat pelatihan yang terstandarisasi  Kementerian Kesehatan," papar dr. Darwito. 

Bahkan,  lanjut dr. Darwito,  RSA UGM siap  dijadikan rujukkan terkait pelayanan KB oleh BKKBN. "Semangat  RSA UGM adalah maju bersama menuju zero stunting di Indonesia," tambah dr. Darwito. 

Penulis : Tri Wulandari Henny Astuti

Editor: Santjojo Rahardjo

Source : BKKBN

Posting Komentar

0 Komentar