JAKARTA, BKKBN --- Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dr. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp.Og(K) mengatakan pendidikan seks masih dianggap tabu dibicarakan dengan anak sebelum mereka dewasa. Padahal, pengenalan seksualitas pada anak diawali dengan mengenalkan organ reproduksinya, bukan sekedar hubungan antara pria dan wanita.
Hal tersebut diungkap dokter Hasto ketika menjadi narasumber dalam Kelas Pra Nikah Seri 3 yang dilaksanakan secara daring melalui Zoom Meeting dan kanal Youtube BKKBN Official pada Jumat (19/01/2024). Acara yang dihadiri 1.900 peserta tersebut, menyasar para pasangan calon pengantin (catin) dan pasangan keluarga muda yang belum hamil.
Dokter Hasto menyampaikan sering masyarakat keliru akan pengertian bahwa pendidikan reproduksi dan seksualitas bagi calon pengantin hanya tentang pendidikan cara berhubungan seksual.
"Penting dipahami bersama bahwa pendidikan seksualitas bukan cara berhubungan seks semata, melainkan dalam arti positif yaitu membekali pengetahuan akan kesehatan reproduksi untuk mencegah agar masalah seksualitas tidak terjadi," jelasnya.
Membawakan materi 'Kesehatan Reproduksi, Persiapan Kehamilan, dan Seksualitas', dokter Hasto memaparkan data Komnas Perempuan tahun 2019 yang cukup mencengangkan. Tercatat, dari 2.341 kasus kekerasan terhadap anak perempuan, ada 770 kasus merupakan hubungan inses, 571 kekerasan seksual, 536 kekerasan fisik, 319 kekerasan psikis, dan kekerasan ekonomi sebanyak 145 kasus.
"Kita semua harus tahu bahwa ada 12 hak-hak kesehatan seksual dan reproduksi, yang dilindungi oleh peraturan internasional. Banyak orang yang berencana hamil tetapi tidak tahu seperti apa proses kehamilan terjadi. Bagaimana ia bisa melindungi hak-haknya? Hak untuk hidup mestinya dimiliki, bahkan sejak embrio," terang dokter Hasto.
Dokter Hasto berpesan pada calon pengantin untuk jangan kawin terlalu muda, karena cukup banyak risiko pada kehamilan ibu dengan usia muda. "Sering terjadi masalah, diantaranya bisa robek jalan lahirnya, pendarahan, bahkan jangka panjang bisa berakibat kanker mulut rahim dan tulang mudah keropos ketika menopause. Idealnya hamil di usia 20 tahun ke atas," ungkapnya.
• Manajemen Konflik
Melengkapi materi dokter Hasto yang memaparkan pengetahuan kesehatan reproduksi dari sisi kedokteran, narasumber berikutnya, Johana Rosalina K, Ph.D sebagai konselor pernikahan berbagi dari sisi psikologis dengan materi 'Manajamen Konflik dalam Pernikahan'.
"Setiap pasangan pasti mengalami konflik dalam hubungan mereka, dan itu bukanlah hal yang buruk. Semua pasangan bertengkar tentang hal yang sama," kata Rosa.
Menurutnya, pernikahan bukanlah suatu kesatuan di mana salah satu pihak dengan mudah mengkloning sifat-sifat yang dimikili pasangannya. Sehingga, menghindari konflik dalam pernikahan adalah tujuan yang tidak masuk akal.
Rosa memaparkan tujuh sumber konflik dalam pernikahan, meliputi tingkah laku yang bermasalah, ketidaksetiaan, komunikasi, keuangan, keintiman, anak, mertua dan ipar.
"Strategi mengelola konflik adalah dengan menyelesaikan konflik dengan pasangan sebagai tim. Keduanya harus mau mencari penyelesaian. Jika ada ketidak sepakatan, cari titik temu, konsensus yang bisa diterima masing-masing," jelas Rosa.
Rosa mengatakan penting untuk meluangkan waktu yang tepat untuk mendiskusikan hal penting seperti keuangan, intimacy, in-laws, kebiasaan pasangan, pola asuh, dan membiasakan untuk saling mendengar dengan baik. Selain itu, menggunakan pendekatan problem solving dan tidak menghindar ketika ada masalah.
• Pemeriksaan kesehatan
Direktur Bina Ketahanan Remaja Dr. Edi Setiawan, MSE, M.Sc mengungkapkan penting bagi calon pengantin untuk melakukan pemeriksaan kesehatan pra nikah. Menurutnya, pemeriksaan kesehatan dapat memutus siklus stunting dari hulu.
"Kita menyarankan pemeriksaan kesehatan tiga bulan sebelum menikah. Apabila ditemukan status tidak sehat atau tidak ideal pada calon pengantin terutama catin wanita, dibutuhkan waktu sekitar tiga bulan untuk memperbaiki kondisi tersebut," jelas Edi.
BKKBN memiliki aplikasi elektronik siap nikah dan siap hamil yang biasa disebut Elsimil. Ini merupakan aplikasi atau tools screening dan pendampingan bagi calon pengantin.
"Aplikasi ini berfungsi sebagai deteksi dini terhadap kesehatan catin agar dapat memitigasi risiko melahirkan bayi stunting. Selain itu sebagai upaya preventif untuk memastikan setiap catin berada dalam kondisi ideal untuk menikah dan hamil," jelas Edi.
Kelas Pra Nikah Seri 3 dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, dengan pertemuan kedua dijadwalkan pada Jumat (26/01/2024) mendatang. n
Penulis: Fitri Aminatul Azizah
Editor: Santjojo Rahardjo
Source: BKKBN
0 Komentar