Surabaya dan Mamuju Tengah Menjadi Praktik Baik Program Bina Keluarga Balita Holistik Integratif Unggulan

 

JAKARTA, BKKBN - Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 menunjukkan bahwa angka prevalensi stunting Indonesia mengalami penurunan, dari 24,4% pada tahun 2021 menjadi 21,6% pada tahun 2022. Penurunan stunting secara konsisten terjadi pada kurun waktu 2019 sampai dengan 2022, namun masih menyisakan kesenjangan antara pencapaian dan indikasi target.

Sementara prevalensi stunting di tahun 2023 memberikan sinyal bahwa Indonesia masih harus berupaya lebih maksimal dalam pelaksanaan upaya percepatan penurunan stunting.

Hal tersebut disampaikan Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) BKKBN, Nopian Andusti, S.E, MT, dalam acara ‘Pendampingan dan Orientasi Bagi Pengelola Program Bina Keluarga Balita (BKB) Holistik Integratif Unggulan’ atau disingkat Pentas BKB HI Unggulan yang diselenggarakan oleh Direktorat Bina Keluarga Balita dan Anak (Ditbalnak) BKKBN, Rabu (27/3/2024), di Jakarta, secara hybrid.

Dengan mempertimbangkan sumber daya yang terbatas saat ini dan singkatnya waktu yang tersisa, lanjut Nopian, Pemerintah telah memfokuskan intervensi pada periode 1000 hari pertama kehidupan (HPK). Periode 1000 HPK merupakan periode pembentukan organ bayi termasuk otak, pertumbuhan panjang badan serta perkembangan anak yang sangat cepat.

Dikatakan pembentukan sinaps saraf otak terjadi 1000 kali setiap detik yang membuat otak anak di usia ini dua kali lebih aktif dibanding otak dewasa (Lake, 2017).

Deputi Nopian juga menjelaskan bahwa dalam intervensi di periode 1000 HPK, masih banyak kendala yang dijumpai. Secara garis besar kendala ini menyulitkan upaya percepatan penurunan stunting karena perilaku pengasuhan 1000 HPK khususnya bayi di bawah usia dua tahun yang belum sesuai harapan.

Dalam mempercepat penurunan stunting di 1000 HPK, telah dikembangkan program pengasuhan di 1000 HPK melalui kelompok kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) dan BKB holistic integrative (BKB HI).

Kelompok kegiatan BKB adalah layanan penyuluhan bagi orang tua dan anggota keluarga lainnya dalam mengasuh dan membina tumbuh kembang anak melalui kegiatan stimulasi fisik, mental, intelektual, emosional, spiritual, sosial, dan moral.

“Sementara itu, BKB HI adalah layanan penyuluhan bagi orang tua tentang pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak yang dilakukan secara simultan, sistematis, menyeluruh, terintegrasi, dan berkesinambungan dengan program pengembangan anak usia dini lainnya dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar anak,“ terang Deputi Nopian.

Untuk meningkatkan keberadaan Kelompok BKB ini,  perlu dirancang suatu strategi untuk pengembangan Kelompok BKB dengan membentuk BKB HI Unggulan. Tentunya BKB HI Unggulan adalah pusat penciptaan, pengkajian penyajian, pengembangan dan pembinaan program BKB yang unggul (terbaik, terdepan) bagi kelompok BKB lain sekaligus menjadikan Kelompok BKB ini percontohan untuk kelompok BKB yang telah ada.

BKB HI Unggulan Kota Surabaya dan Kabupaten Mamuju Tengah hadir dalam pertemuan ini untuk memberikan pengalaman serta praktik baik bagi peserta. Namun, sebelumnya, penyampaian komitmen dari Kota Surabaya dan Kabupaten Mamuju Tengah disampaikan Sekretaris Daerah (Sekda) masing-masing.

Sekretaris Daerah Kota Surabaya. Dr. Ikhsan, S.Psi, MM menyampaikan bahwa komitmen dari kota Surabaya adalah menzerokan stunting. “Kita menginginkan pada 2045 atau Indonesia Emas sudah tidak ada lagi stunting, karena jika stunting nantinya akan menghambat pertumbuhannya.”

Tahun 2021 Stunting di Surabaya masih 28,9%, di 2022 sudah 4,8%.  "Kami memiliki program untuk berusaha dan atas saran Pak Walikota kami akan melakukan aksi zero stunting." Ikhsan menyebut memiliki program untuk mencegah terjadinya stunting baru (aplikasi).

“Ketika mulai dari rencana pernikahan mereka mulai memasukkan data ke aplikasi tersebut. Mereka juga mendaftarkan sekolah calon pengantin yang berisi banyak materi dan setelah lulus baru bisa mendaftarkan pernikahan ke KUA atau kantor sipil. Saat sudah menikah nanti otomatis mereka masuk menjadi PUS yang dipantau baik melalui puskesmas atau faskes lain."

"Setelah melahirkan, anak juga mendapatkan akta kelahiran karena data sudah terintegrasi dengan aplikasi sehingga proses dari pembuatan dokumen untuk anak akan lebih mudah. Anak juga akan diintervensi selama 1000 HPK.”

Selain zero stunting, pemantauan ibu hamil  untuk mengurangi risiko kematian ibu dan bayi juga terus dilakukan. Begitupun dengan sekolah orang tua hebat.

“Kami memiliki program sekolah orang tua hebat 158 lokasi dan sudah ada wisudawan, untuk 2024 ini walikota sudah menyiapkan 1000 lokasi sekolah orang tua hebat (di seribu RW). Ini sebagai komitmen kota Surabaya untuk menekan angka stunting,” tegas Ikhsan.

• Tantangan sangat besar

Sementara itu, Sekretaris Daerah Mamuju Tengah, Dr. H. Askary, S.Sos., M.Si menyampaikan komitmennya untuk menurunkan stunting. Askary menyebutkan, sebagai sebuah daerah baru, tantangan di Mamuju Tengah sangat besar, baik dari segí infrastruktur, SDM dan sebagainya.

Sulawesi Barat kemarin agak tertinggi stuntingnya, tetapi, kami baru dapat penghargaan. Masuk ke dalam 10 besar kategori provinsi yang mengalami penurunan paling drastis. Ini upaya kami di daerah bagaimana menciptakan peluang-peluang dan inovasi untuk memperbaiki status penilaian stunting yang tinggi,” lanjut Askary

Askary juga menyampaikan, Khusus untuk stunting, terdapat beberapa data yang bisa dijadikan rujukan untuk menjadi potensi perubahan sesuai dengan target nasional 14%. “Ini sementara kami genjot, karena di daerah tidak sama dengan kota lain, kami punya aksesibilitas yang masih susah, jaringan masih banyak yang blank spot, jangkauan kendali pemerintahan kami masih banyak hambatan”

Berdasarkan data sistem elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPBGM), 80% partisipasi balita ke posyandu, sementara ini diupayakan.

“Kami berkomitmen, kami ingin menjadikan bahwa 1000 HPK menjadi sebuah poin penting yang harus dapat perhatian dari semua stakeholder," ujarnya.

"Kita tidak hanya melibatkan integrasi antara kader, posyandu dan lembaga lembaga lain yang ada dalam pemerintah, tapi kita berupaya melibatkan kelompok masyarakat lain pihak swasta melalui CSR perusahaan-perusahaan  yang ada untuk terus berpartisipasi lebih besar terhadap pengurangan angka stunting, terhadap peningkatan kualitas balita kita, dan pengurangan angka kematian ibu melahirkan," tegas Askary.

Deputi KSPK berharap melalui pertemuan ini dapat diperoleh pemahaman dari contoh praktik baik BKB HI Unggulan pada Kota Surabaya dan Kabupaten Mamuju Tengah.

• Akte Lahir

BKB HI Unggulan memiliki beberapa layanan dasar yang meliputi Administrasi Kependudukan dan Jaminan kesehatan, Layanan Pengasuhan/Parenting Bersama, Layanan Pemantauan Pertumbuhan Anak, Layanan Pembentukan Karakter Anak, Layanan Promotif dan Preventif Pemeliharaan Kesehatan Gizi dan Perlindungan Anak.

Direktur Bina Keluarga Balita dan Anak yang diwakili oleh Analis Kebijakan Ahli Madya, Retno Dewi Puspitasari, mengatakan jumlah baduta tahun 2023 adalah 4.481.003 (Sumber: PK23), terjadi peningkatan dari tahun 2022 yang berjumlah 3.548.409. Pun, jumlah keluarga yang memiliki baduta meningkat dari 3.501.732 pada tahun 2022 menjadi 4.291.229 di tahun 2023.

Dari jumlah tersebut dapat diartikan perlunya suatu upaya layanan pengasuhan yang komprehensif yang mengacu pada pengasuhan positif yang meliputi seluruh aspek pemenuhan kebutuhan dasar tentunya pada masa 1000 HPK.

Berdasarkan PK23, di 12 Provinsi prioritas (Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Tenggara, NTB, Kalimantan Selatan, Sumatera Utara, Jawa Timur, Aceh, Banten, Kalimantan Barat, Sulawesi Barat, NTT), jumlah baduta yang memiliki jaminan kesehatan baru mencapai 2.110.845, sementara baduta memiliki akte lahir 3.535.517. Ini menandakan baru 78,9% baduta memiliki akte lahir.

“Padahal seharusnya akte lahir adalah pemenuhan hak dasar yang harus dimiliki oleh setiap anak Indonesia, harapannya melalui BKB HIU ini dapat dioptimalkan,” lanjut Retno.

Sementara, untuk layanan pengasuhan, data menyebut sebanyak 4.171.395 Keluarga memiliki baduta yang diasuh bersama oleh suami dan istri (97,2%).

Layanan pemantauan pertumbuhan anak masih perlu ditingkatkan karena baru 535.321 Keluarga yang menggunakan Kartu Kembang Anak (KKA) tau baru 12,4 persen.

Layanan pembentukan karakter anak sudah sebanyak 4.281.286 Keluarga memiliki baruta yang saling berinteraksi setiap hari (99,7%).

Terakhir, yang perlu dioptimalkan adalah layanan promotif dań preventif pemeliharaan kesehatan gizi dan perlindungan anak. Jumlah Keluarga memiliki anak yang Hadir di kelompok BKB baru 13,1% atau sebanyak 564.553 keluarga.

• Inovasi BKB Surabaya dan Mamuju Tengah

BKB HI Unggulan Kota Surabaya dan Kabupaten Mamuju hadir dalam pertemuan ini untuk memberikan pengalaman serta praktik baik bagi peserta. Praktik Baik Surabaya disampaikan oleh Lurah dan Kader BKB Kelurahan Karangpoh Kecamatan Tandes Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur.

Sedangkan dari Kabupaten Mamuju disampaikan oleh Sekretaris Desa dan Kader BKB Desa Mahahe Kecamatan Tobadak Kabupaten Mamuju Tengah Provinsi Sulawesi Barat.

Lurah dan Kader BKB Kelurahan Karangpoh Kecamatan Tandes Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur, Dra. Sabta Eka Desi Wahyuni, M.M, dan Dra. Cicik Indahyani, M.Si,  menyampaikan beberapa inovasi program yang bisa dijadikan praktik baik, seperti balita berenang pada saat orang tua berkegiatan BKB.

Kegiatan ini guna mengajak balita untuk berenang , agar orangtua atau peserta fokus mengikuti kegiatan BKB. Dengan adanya balita berenang dapat meningkatkan nafsu makan karena setelah berenang, anak balita merasa lapar. Hal ini juga bertujuan untuk meningkatkan status gizi balita.

Balita Bermain Ayunan, Jungkat Jungkit, Trampoli, Perosotan Pada Saat Peserta (OrangTua) Berkegiatan. Kegiatan ini guna untuk melatih saraf motorik dan sensorik balita karena dapat meningkatkan keterampilan balita dalam bermain.

Pemberian Makanan Tambahan dan Pembelajaran Gosok Gigi Bagi Balita. Kegiatan ini guna untuk meningkatkan status gizi balita dan meningkatkan kemandirian balita untuk menjaga kesehatan.

Pelaksanaan Sekolah Orang Tua Hebat (SOTH) adalah sekolah pengasuhan bagi orangtua sebagai bentuk pengembangan kelompok kegiatan Bina Keluarga Balita.

Sekolah Orang Tua Hebat merupakan program unggulan PKK dalam upaya percepatan penurunan stunting serta sebagai terobosan yang strategis untuk memberikan Pendidikan intensif kepada para keluarga balita yang merupakan generasi milenial.

Dukungan dari berbagai sektor di berbagai tingkatan dan partisipasi dari masyarakat menjadi kunci kesuksesan program ini.

SILABUS, Kurikulum, Pemetaan Kurikulum. Penyusunan SILABUS, Kurikulum, Pemetaan Kurikulum bertujuan agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan secara terarah, sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran yang maksimal

Kegiatan Belajar Menabung Bagi Balita dan Orangtua. Kegiatan ini bertujuan untuk melatih kemandirian dan membiasakan balita agar tidak boros sejak dini.

Pemberian Materi Transisi PAUD Ke SD Yang Menyenangkan. Penyelarasan pembelajaran PAUD SD agar peserta didik PAUD tidak perlu melakukan terlalu banyak penyesuaian saat masuk SD, serta peserta didik yang belum pernah mengikuti PAUD tetap dapat terpenuhi haknya untuk mendapatkan pembinaan kemampuan fondasi.

Pemberian Apresiasi Bagi Peserta Yang Rajin. Meningkatkan motivasi kepada peserta agar lebih rajin dan semangat datang mengikuti kegiatan BKB.

Terakhir, Inovasi Digital (Aplikasi Sayang Warga – ASW). Sistem Layanan dan Pendampingan Warga Surabaya yang bertujuan mengidentifikasi permasalahan yang ada di lapangan agar dapat memberikan intervensi lebih cepat dan tepat terhadap sasaran.

Semantara itu, Kabupaten Mamuju Tengah juga memberikan pengalamannya. Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Desa dan Kader BKB Desa Mahahe Kecamatan Tobadak Kabupaten Mamuju Tengah Provinsi Sulawesi Barat, Abdul Rahim, S.Pd. dan Hj. Sitti Laelatun, S.Pd.

Inovasinya meliputi pembuatan akta kelahiran oleh kader yang bertujuan untuk memastikan anak baru lahir memiliki akta kelahiran dengan proses yang mudah dan cepat. Parenting Santai, edukasi yang dilakukan oleh kader untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orang tua dalam melaksanakan perawatan dan pengasuhan anak-anak mereka, serta meningkatkan kesadaran orang tua atau anggota keluarga lain sebagai pendidik yang pertama dan utama.

Kegiatan ini dilaksanakan dengan santai tanpa ada pertemuan khusus, tetapi kader yang mendatangi saat ada perkumpulan orang tua balita diluar pertemuan rutin BKB, misal saat ada majelis, dasawisma, arisan dll

Pemanfaatan Kolam Ikan Dan Kebun Untuk Pemenuhan Gizi Ibu Hamil Dan Baduta Sebagai Aksi Cegah Stunting. Bibit ikan dan bibit tanaman berasal dari ADD, yang kemudian hasil panennya diberikan kepada warga desa khususnya keluarga berisiko stunting

Program SALILI (perikSA LIihat LIndungi), PERIKSA yaitu Pemeriksaan kondisi kesehatan dan tumbuh kembang anak melalui posyandu. LIHAT yaitu jika terdeteksi stunting atau ‘terhutang’ pada Kartu Kembang Anak (KKA), kader memantau dengan melakukan kunjungan rumah secara rutin untuk memberikan edukasi terkait pemenuhan gizi, pengasuhan dan stimulasi perkembangan.

LINDUNGI yaitu Desa sebagai pelindung utama warganya memberikan bantuan pangan khususnya protein dan vitamin tambahan selama tiga  bulan berturut-turut, program ini juga memanfaatkan dari hasil panen kolam ikan dan kebun sayur.

Program SALILI (perikSA LIihat LIndungi) SALILI dalam bahasa suku mandar berarti ‘rindu’ diharapkan dengan program ini kader BKB menjadi kader yang selalu dirindukan masyarakat, begitupun kader rindu untuk berikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat

Pojok Baca Bagi Orangtua Dan Anak Sebagai Sarana Pembentukan Karakter Anak Melalui Buku. Pojok baca bertujuan untuk meningkatkan minat baca orangtua dan anak, buku-buku yang disediakan terkait tentang pengasuhan, pengetahuan kesehatan dan buku-buku cerita atau dongeng. Orang.tua bisa membacakan anaknya dongeng yang berisikan pesan moral untuk pembentukan karakter yang positif.

Mengakhiri acara, kedua BKB mendapat apresiasi yang disampaikan oleh Penyuluh Keluarga Berencana Ahli Utama BKKBN, Ir. Siti Fathonah, MPH. Siti menyampaikan bahwa BKB HIU harus lahir karena adanya strategi nasional percepatan penurunan stunting (Perpres 72 Tahun 2021) dengan memperbaiki pola asuh, dari tujuan ini dijabarkan pada pilar strategi nasional yaitu pilar 2 yaitu peningkatan komunikasi perubahan perilaku dan pemberdayaan masyarakat.

BKB HIU dilaksanakan agar terselenggara pengasuhan yang positif pada ibu hamil dan anak usia 0-23 bulan untuk percepatan penurunan stunting. Peran dan pelibatan orangtua dalam 1000 HPK sangat penting untuk dilaksanakan melalui pemberian layanan pemenuhan kebutuhan esensial anak baduta di BKB HIU. Memperbaiki pola asuh melalui kelas pengasuhan yang dilaksanakan di BKB HIU sebagai wadah pemenuhan kebutuhan esensial (pokok) sejak 1000 HPK.*

Penulis  : Annisa

Editor     : Santjojo Rahardjo

Sumber Foto : Vidi - MPC BKKBN

Source : BKKBN

Posting Komentar

0 Komentar