Kepala BKKBN: Stunting Hambat Pertumbuhan Otak dan Berdampak Buruk bagi Masa Depan Bayi


YOGYAKARTA, BKKBN --- Stunting menghambat perkembangan otak dan fisik bayi sehingga Balita sulit mencapai prestasi di masa depan. Stunting juga mengakibatkan kondisi rentan terhadap penyakit, dan saat dewasa lebih mudah mengalami penyakit jantung, diabetes, dan yang lainnya.

"Stunting itu tidak diukur perkembangannya, kenapa hanya pertumbuhannya? Aslinya stunting itu adalah gagal tumbuh kembang, gagal pertumbuhannya dan gagal perkembangannya. Tidak hanya stunting dalam arti pendek, tidak panjang, tetapi dia tidak cerdas, mungkin umurnya harus sudah bisa mengenal warna, belum mengenal warna, mungkin harus sudah bisa merespon cepat, belum bisa merespon cepat, mungkin harusnya sudah bisa bicara mama-papa belum bisa. Harusnya diukur dua-duanya, hanya nuwun sewu bapak dan ibu, di desa-desa untuk mengukur itu berat sekali," kata Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K).

Hal tersebut disampaikan dr. Hasto pada Road Show Sosialisasi dan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan keluarga Berencana (Bangga Kencana) dan Percepatan Penurunan Stunting dalam Rangka Peringatan Hari Ibu Tahun 2023 di Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada Minggu (26/11/2023). 


Menurut dr. Hasto, stunting adalah kekurangan gizi pada balita yang berlangsung lama pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yang menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak, karena mengalami kekurangan gizi menahun. Balita stunting tumbuh lebih pendek dari standar tinggi balita umumnya. Maka dari itu dr. Hasto mengatakan perlunya perencanaan dalam kehamilan.

Selain itu dr. Hasto memaparkan hasil Pendataan Keluarga 2022, Kulon Progo memiliki angka Keluarga Beresiko Stunting sebanyak 15.707 keluarga yang diukur berdasarkan data keluarga yang memiliki Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) sebanyak 26,35 persen dan Jamban tidak Layak sebanyak 6,75 persen.

Dukungan Semua Pihak

Pada kesempatan yang sama hadir Ketua DPRD Kabupaten Kulon Progo Akhid Nuryati, SE yang menyebutkan angka stunting  berdasarkan E-PPGBM (Elektronik Pencacatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) di Kulon Progo saat ini sudah mencapai 9,94 persen.



"Tapi memang penurunan stunting itu perlu dukungan seluruh pihak, bagaimana seluruh warga Kulon Progo, adik-adik genre, kemudian anak-anak genre saya, kemudian juga tim pendamping keluarga ini betul-betul kita mohon perannya. Apalagi mohon maaf, ke depan memang betul-betul generasi yang berkualitas. Anak-anak yang berkualitas di Kulon Progo ini yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat Kulon Progo, betul yang disampaikan oleh Pak Kepala BKKBN, remaja-remaja yang akan segera mengganti kami-kami ini semua," kata Akhid.

Hadir juga Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Kelurahan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DPMDPPKB) Kulon Progo, Drs. Ariadi, MMNIP menjelaskan inovasi yang telah dilakukan di Kulon Progo dalam rangka penurunan stunting melalui Kampung Keluarga Berkualitas (Kampung KB).

"Itu pada tanggal 2 November, ini sudah dilaunching oleh Bu Pj. Bupati. Alhamdulillah, dari 87 desa dan 1 kelurahan, semuanya sudah menjadi Kampung KB. Jadi dengan Kampung KB ini, memang kita sangat galakkan", katanya

"Kemudian Program Anting Kertas (Atasi Stunting melalui Kampung Rakyat Berkualitas). Dengan semangat anting, artinya anting ini kan biasa dibagian dari ibu ya, anting itu menunjukkan perempuan yang tangguh, yang mempunyai visi ke depan, kemudian sangat bisa begitu menerima perubahan, artinya visinya sangat jauh ke depan. Kemudian kertas, kertas ini ibaratnya anak-anak. Anak-anak itu kan masih kayak kertas putih, tergantung orang tua dan lingkungan akan memberikan seperti apa", ucap Ariadi. 


Penulis : Tri Wulandari Henny Astuti

Editor: Kristianto

Reupload : KL

Source : BKKBN

Posting Komentar

0 Komentar